Ayahku,
Adalah Ayah Terbaik Sedunia
Aku tak pernah melupakan
kejadian ini, hari itu bulan Mei 2007, aku baru saja lulus Sekolah Menengah
Atas. Selepas Sholat Subhu, aku dan ayahku berangkat dari rumah berniat ke kota
untuk mendaftarkan saya masuk perguruan tinggi. Untuk sampai di tempat
pendaftaran harus ditempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam. Dengan mengendarai
motor pespa tua milik ayahku, kami berangkat melawan dinginnya udara subhu,
sangat dingin karena letak kampungku berada di daerah pegunungan Sulawesi
Selatan, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Sebenarnya motor pespa itu sudah
tak mampu lagi menempuh jarak jauh, tapi itulah kendaraan satu satunya yang
dmiliki keluargaku.
Pukul 08.30 saya tiba
ditempat pendaftaran, segera memasukkan berkas dan membaca beberapa pengumuman
yang di tempel panitia seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Setelah
selesai, saya pulang. Agar lekas sampai di rumah, ayahku pun memilih lewat jalan tol, baru beberapa menit
masuk ruas tol, motor pespa ayahku tiba-tiba mogok, padahal di jalan tol tak
ada rumah satu pun apalagi bengkel. Ayahku mencoba memperbaiki dengan sedikit
ilmu tentang mesin yang dimilikinya, tapi motornya tetap tidak mau menyala.
Akhirnya ayah memutuskan untuk berjalan kaki. Ayahku mendorong motornya dengan
sisa sisa tenaga yang dimiliki, aku pun berjalan dibelakang, mengamatinya
dengan penuh linangan air mata, nafas ini tersengal-sengal melihat
perjuangannya mengantarku menuju masa depan yang lebih baik. Entah berapa kilometer
yang telah kami jalani, hingga kami bertemu dengan seseorang yang baik hati,
yang bersedia memberi tumpangan kepada kami sampai ke bengkel.
Beberapa hari kemudian,
ayahku jatuh sakit. Beliau kelelahan, mengantarku ke sana kemari untuk
mendaftar di perguruan tinggi. Pada saat itu pula ku tau, bahwa beliau
membatalkan keberangkatannya ke Inggris beberapa minggu lalu, untuk mengantar
rombongan pramuka mengikuti kegiatan kepramukaan di inggris, ayahku adalah
seorang Pembina pramuka. Ke Inggris adalah salah satu mimpinya, karena kapan
lagi bisa kesana, perjalanan kesana sepenuhnya ditanggung pemerintah, kalo biaya
pribadi, sungguh kami tak mampu. Tapi mimpinya itu dibuang jauh jauh demi
membangun mimpi baru untuk anaknya, demi mengantarku kepada pendidikan yang
lebih baik. Itulah orang tua, apapun dilakukan demi kebaikan anak-anaknya. 5
Tahun lalu aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan berlajar baik baik dan
akan sukses secepat mungkin. Alhamdulillah Tahun 2010 saya menyelesaikan
pendidikan Diploma III dengan IPK Terbaik dan akhirnya menyandang Gelar Sebagai
Ahli gizi. Sekarang sementara menyelesakan pendidikan Strata 1, dan
Alhamdulillah dengan biaya sendiri. “Kelak Jika Aku sudah Sukses, Aku Sendiri
yang akan mengantarmu ke Inggris Ayah…., itu Janjiku”
Demikian Ceritaku,
Dan
Ayahku, Adalah Ayah Terbaik Sedunia
Bagusnya ceritanya, semoga kelak aku bisa mencontoh pengorbanan orangtuamu, untuk anak2 ku...insyaallah..amin...
BalasHapus